Text
Pengaruh Asing Dalam Kebijakan Nasional : Studi Kasus Pengembangan Industri Pesawat Terbang
Buku ini membahas tentang Pengaruh Asing Dalam Kebijakan Nasional dengan studi kasus pada pengembangan industri pesawat terbang Indonesia. Berbeda dengan studi-studi sebelumnya, lokus perhatian dalam buku ini lebih difokuskan pada kebijakan ekonomi politik pemerintah Indonesia terhadap industri pesawat terbang di era pasca Orde Baru. Hal ini menjadi sangat penting pada konteks diskursus kontemporer, utamanya untuk mengklarifikasi beberapa parameter ekonomi politik dengan mencermati kebijakan rezim yang berkuasa, dan pengaruh dari implementasi penandatanganan LoI antara IMF dan pemerintah Indonesia dalam upaya penanggulangan krisis moneter 1997. Lebih spesifknya, fokus analisis dalam buku ini, akan mengurai tarik menarik kepentingan antara elit Teknokrat dan Teknolog terkait kebijakan pengembangan industri pesawat terbang dengan merujuk pada teori Otonomi Elit (Liddle, 1989). Sedikitnya ada tiga pertanyaan pokok yang akan dijawab, yaitu: Pertama, mengapa dan bagaimana implikasi pelaksanaan LoI Indonesia-IMF dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah untuk menghentikan bantuan keuangan ke IPTN. Kedua, apakah kontestasi orientasi pemikiran nasionalis dan orientasi pemikiran liberalis memiliki pengaruh signifikan dalam merumuskan kebijakan pembangunan industri pesawat terbang nasional pada awal periode pasca Orde Baru. Ketiga, apa dan bagaimana kepentingan ekonomi-politik elit pasca Orde Baru berpengaruh terhadap kebijakan pengembangan industri pesawat terbang. Dalam upaya menjawab tiga pertanyaan pokok tersebut, dimensi utama yang menjadi fokus perhatian analisis adalah: implikasi pelaksanaan LoI Indonesia-IMF, kontestasi orientasi pemikiran liberalis dan orientasi pemikiran nasionalis pada konteks pembangunan industri pesawat terbang, serta kontestasi kepentingan elit dan pengaruhnya terhadap perumusan kebijakan pengembangan industri pesawat terbang. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, secara umum dapat disimpulkan bahwa diantara faktor penyebab dari mengapa pengembangan industri pesawat terbang pada periode pasca Orde Baru cenderung tidak berkembang (jalan di tempat) adalah karena semakin kompleksnya jumlah aktor (elit) yang terlibat dan kepentingan yang menyertainya. Sementara dominasi peran negara dalam pengambilan keputusan sebagaimana diperankan oleh Soeharto, sudah tidak dapat dipertahankan lagi pada periode pasca Orde Baru sebagai konsekuensi logis dari hadirnya gerakan reformasi, dan sulit dihindarinya tekanan dari IMF untuk pemulihan ekonomi Indonesia dari krisis. Secara teoritis, kontribusi novelty dari hasil studi yang telah penulis lakukan adalah, tidak saja mengkritisi, tetapi juga mengelaborasi teori otonomi elit yang dikemukakan oleh Liddle (1989). Secara singkat, proposisi yang penulis ajukan dari hasil studi adalah, peran otonomi elit negara yang diperan oleh Suharto pada periode Orde Baru dalam pengembangan industri pesawat terbang telah mengalami pergeseran pada periode pasca Orde Baru. Lebih konkritnya, pada periode Orde Baru yang bertindak sebagai determinant factor adalah persepsi dan strategi dari aktor kunci (Presiden). Kemudian pada periode pasca Orde Baru determinant factor tersebut berubah status menjadi intervening factor. Sementara influental factor pada periode Orde Baru yaitu krisis moneter, kekuatan ekonomi internasional, budaya dan rezim kepemimpinan (patrimonialisme) berubah status menjadi determinant factor pada periode pasca Orde Baru.
B26338 | 352 IND p | Cyber Library Unas | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain