Text
Ibnu Zubair : Khalifah Terakhir Pembela Demokrasi Islam
Ibnu Zubair (Abdullah bin Zubair) adalah salah satu sosok kontroversial dalam sejarah politik Islam masa-masa awal yang penuh gejolak di antara sesama sahabat Rasulullah. Dimulai dari terbunuhnya Utsman bin Affan, lalu berlanjut Ali bin Abi Thalib dibaiat menjadi khalifah yang ternyata tak semua sepakat dengan pembaiatan itu. Termasuk yang tak sepakat adalah Aisyah, Thalhah, dan Zubair (ayah Ibnu Zubair), hingga meledak Perang Jamal. Ibnu Zubair berada di barisan ini, bersama bibi dan ayahnya.
Sikap oposan Ibnu Zubair terus berlanjut dengan mendukung Mu‘awiyah dalam Perang Shiffin. Namun, dukungan ini putus ketika Mu‘awiyah membaiat Yazid, putranya, sebagai penerusnya, yang dianggap telah melanggar prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Islam yang didasarkan pada syura (demokrasi Islam). Sikapnya kian frontal setelah Mu‘awiyah wafat. Bersama Husein, ia menentang Yazid, sampai cucu Rasulullah itu wafat dalam tragedi Karbala. Selanjutnya, ia mengeklaim diri sebagai khalifah penerus Khulafaur Rasyidin di Mekkah, di samping Baitullah, tempat yang juga menjadi akhir hayatnya setelah digempur habis-habisan oleh pasukan al-Hajjaj dari Dinasti Umayyah.
Lebih dari penggambaran sosok Ibnu Zubair yang kontroversial, buku ini juga menunjukkan sisi lain yang tak banyak diketahui, seperti cerita-cerita tentang kesalehannya yang tak jarang dilebih-lebihkan. Berdasarkan banyak sumber dan riwayat, baik dari yang membela maupun mencela, buku ini ingin melihat lebih jernih dan dalam sosok yang disebut-sebut “Khulafaur Rasyidin Terakhir” dan pembela demokrasi Islam
B25846 | 922 LAH i | Cyber Library Unas | Tersedia |
B25847 | 922 LAH i | Cyber Library Unas | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain