Text
Sigmund Freud vis-a-vis Tuhan
Karena semua agama, termasuk sophia perennis, bersifat transenden, suprarasional, metafisis, skeptis, jauh dari rumus-rumus logika dan angka- angka saintifik, maka Sigmund Freud kian meyakini bahwa terdapat kesamaan yang sangat kuat antara perilaku umat beragama dengan pasien neurotisnya di rumah sakit jiwa. Ibadah agama dalam beragam simbol dan ritualnya identik dengan tingkah pasiennya yang tidak pernah memahami makna logis di balik perbuatannya. Agama sebagai “Jalan pembumian Tuhan", bagi Freud, bukan hanya sebuah kesia-siaan, tetapi bahkan "melumpuhkan dan memprimitifkan rasionalitas manusia."
Namun apakah lantaran strukturnya yang tidak pernah sanggup dibuktikan oleh observasi-observasi saintis itu lantas agama mesti dikuburkan? Apakah agama memang tidak berbeda dengan "kegilaan" karena khusuk memuja ritus-ritus yang tidak bisa disistematisasikan oleh kerangka teoritik ilmiah apa pun?
Melalui buku ini, Hans Kung mengkritik "filsafat agama" Freud itu dengan membedah akar pemikiran Freud tentang "tekanan masa kanak-kanak", totemisme, taboo sampai magnum opus-nya yang berupa Oedipus kompleks dan psikoanalisis. Hans Küng menegaskan bahwa "kecelakaan ontologis" Freud yang menyebabkan manusia tereduksi dari alam spiritualnya itu bukan semata-mata lantaran ateisme telah menjadi otak Freud, melainkan lebih disebabkan oleh sikap Freud yang sejak dini telah begitu apriori ---kendati ia pernah karib dengan Bibel-- terhadap Tuhan dan agama.
B02260 | 200.1 KUN s | Cyber Library Unas | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
B02261 | 200.1 KUN s | Cyber Library Unas | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain